Senin, 03 September 2012

MODEL LOGIKA


MODEL LOGIKA

Secara histories, istilah logika pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium, Kaum sofis Skortes dan Plato harus dicatat sebagai perintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprotus dan kaum Stoa. Dalam perjalanannya, istilah logika dapat disistematisasikan menjadi beberapa golongan tergantung dari mana kita meninjuanya. Dilihat dari segi kualitasnya, logika dapat dibedakan menjadi logika naturalis, yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akan bawaan manusia. Akal manusia yang normal dapat bekerja secara spontan sesuai dengan hukum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang ia dapat membedakan bahwa sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa dua kenyataan yang bertetangan tidaklah sama.
            Sedangkan apabila dilihat dari metodenya dapat dibedakan atas logika tradisional dan logika modern. Logika tradisional adalah logika Aristiteles, dan logika dari logika logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti sistem logika Aristoteles. Para logikus sesudah Aristoteles tidak membuat perubahan atau mencipta sistem baru dalam logika kecuali hanya membuat komentar yang menjadikan logika Aristoteles lebih elegant dengan sekedar mengadaka perbaikan-perbaikan dan membuang hal-hal yang tidak penting dari logika Aristoteles
            Jika dilihat dari obyeknya dikenal sebagai logika formal dan logika material. Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang berbeda, yakni cara berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertetangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berfikir benar.
Logika formil Aristoteles, yang dikenal dengan nama "syllogisme". Syllogisme adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan atau konklusi secara deduktif dan tidak langusng yang kesimpulan atau konklusinya ditarik dari dua buah premis yang disediakan sekaligus. Yang penting kita ketahui dari syllogisme dan bentuk-bentuk inferensi atau penalaran deduktif yang lain adalah bahwa masalah-masalah kebenaran dan ketidak benaran pada premis-premis yang selalu diambil adalah yang benar. Ini berarti bahwa konklusi memang sudah didasari oleh kondisi kebenaran. Jadi syllogisme hanya mempersoalkan 'kebenaran formal' (kebenaran bentuk) tanpa mempersoalkan 'kebenaran material' (kebenaran isi).
Sebuah syllogisme terdiri atas 3 buah proposisi, yaitu dua buah proposisi yang diberikan atau disajikan dan sebuha proposisi yang ditarik dari kedua proposisi yang disajikan itu. Proposisi yang disajikan disebut 'premis mayor' dan 'premis minor' dan kesimpulan yang ditarik disebut 'konklusi'.
Disamping logika tersebut ada pula logika deduktif yaitu bertolak dari asumsi umum(teori) menuju kepembuktian secara khusus (fakta emperis). Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang berlawanan dengan penalaran induktif. Deduksi adalah penalaran atau cara berpikir yang bertola dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum, menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya memakai pola berpikir yang disebut syllogisme. Syllogisme tersusun dari dua buah pernyataan (premise) dan sebuah kesimpulan (konklusi).
Logika induktif yaitu berdasarkan fenomena khusus(fakta emperis), menuju kekesimpulan secara umum (teori yang berlaku umum). Induksi sangat erat hubungannya dengan metode ilmiah (scientific method), bahkan merupakand asar daripada metode ilmiah. Induktif atau logika induktif adalah penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata (khusus) menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran ini diawali dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi dan diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (sumber: http://swarajalanan.blogspot.com/2011/10/hubungan-filsafat-ilmu-dengan-logika.html)













Tidak ada komentar:

Posting Komentar