Senin, 12 Juli 2010

BERMAKNA

June 16, 2009 by Iman K. · Leave a Comment
Superman ?

Superman ?

Nyai Loro Kidul pun menarik kais kereta kudanya meniti jalan ke angkasa. Begitu pula pendekar dari dunia kramat itu, melewati kobaran api yang dahsyat dengan menunggang kuda sembrani. Di sudut negeri yang lain, Gatot Kaca dan Superman tertegun satu sama lain menatap ke unikan kostum terbang masing-masing.

Cerita demikian begitu akrab di telinga kita, kita bisa saja terbius atau ikut-ikutan menjadikan cerita seperti itu menjadi rujukan kita dalam berargumentasi ilmiah.

Sebenarnya perlu ndak sih kita mengetahui cerita serupa itu? Apakah cerita seperti itu betul-betul ada atau hanya bohong belaka? Suatu hari kita harus mempertanyakan cerita serupa itu demi ketelitian kita dalam memilah baik dan buruknya pengaruh suatu cerita.

Konon ada tokoh nyata ( Vampir) tapi diperkenalkan sebagai tokoh tahayul (fiktif). Sementara tokoh fiktif benaran ( Rambo), eh… malah di jadikan seolah-olah tokoh nyata. Tulisan ini tidak akan membahas ketokohan dan politisasi yang sedemikian rupa dan bukan pula bertujuan untuk menolak membaca novel dan komik :)

Kritis dalam mempersoalkan cerita yang kita terima, bisa dimulai dari pengenalan kata. Pengenalan kata yang berhubungan dengan persoalan di atas didalam ilmu logika dikenal dengan istilah kata bermakna dan tak bermakna.

Dalam pengertian kata yang lain dikenal ada istilah kata universal dan partial. Dan jika kita teliti, kita akan menemukan bahwa setiap kata universal selalu mempunyai dua macam pengertian, yaitu konotasi dan denotasi.

Konotasi menunjuk kepada sifat-sifat khusus dari kata yang dibicarakan, misalnya kata ‘manusia’. Manusia adalah kata yang tidak diberikan kepada sembarang benda, tetapi khusus hanya kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat tertentu.

Berdasarkan sifat-sifat khusus tersebut akhirnya kita bisa mengetahui bahwa yang namanya manusia itu adalah suatu makluk hidup yang mempunyai persamaan seperti hewan dalam banyak hal tetapi berbeda dalam beberapa hal, seperti kemampuannya untuk menerima pendidikan, bekerja dengan menggunakan teknologi atau alat, membuat sesuatu dengan menggunakan kemampuan akal dan sebagainya.

Sedangkan denotasi menunjuk kepada barang apa saja yang dicakup oleh kata tersebut. Misalnya kata ‘manusia’, maka dia akan mencakup Budi, Carlie, Deni, Desi, Etty, manusia berkulit kuning, manusia berkulit putih, manusia berkulit hitam dan sebagainya.

Suatu kata yang memiliki pengertian konotasi dan denotasi itulah yang disebut sebagai kata yang bermakna atau konotatif. Sedangkan kata yang hanya memiliki konotasi tetapi tidak memiliki denotasi (cakupan) disebut sebagai kata tak bermakna.

Dari keterangan diatas sekarang kita bisa menguji, apakah kata-kata seperti Mak Lampir, Nyai Loro Kidul, Kuda Sembrani, Gatot Kaca dan Superman sebagaimana yang kita sebutkan diawal tadi itu termasuk kedalam kelompok kata yang bermakna atau tak bermakna.

Kuda sembrani misalnya, kita mengenal nama itu dari cerita yang ditulis dibuku-buku komik dan dongeng, yakni seekor kuda yang memiliki sayap yang dapat terbang. Kita dapat menangkap pengertiannya, tapi sampai kapanpun kita tidak akan menemukan jenis kuda yang seperti itu didalam realita kehidupan. Karena ia tidak mempunyai realitas, maka dia tidak mempunyai denotasi. Dan setiap kata yang tidak mempunyai denotasi maka dia termasuk kedalam kata yang tak bermakna.

Contoh yang lain adalah Superman, sama dengan cerita kuda sembrani, cerita tentang Superman juga hanya bisa kita dapati dari komik dan film saja, yaitu sosok jagoan yang bisa terbang kesana kemari dan kalau lagi marah, dia bahkan bisa mengejar dan meremukkan jet supersonik dengan menggunakan sorot matanya saja.

Kita dapat menangkap pengertian dari cerita itu, tapi sama halnya dengan kuda sembrani, sampai kapanpun kita juga tidak akan pernah menemui manusia seperti itu dalam realitas. Dan sekali lagi, karena ia tidak mempunyai realitas, maka dia tidak mempunyai denotasi. Dan setiap kata yang tidak mempunyai denotasi maka dia termasuk kedalam kata yang tak bermakna.

Catatan :

Tidak setiap kata yang tidak bisa diobservasi secara indrawi adalah sama dengan kata yang tak bermakna. Kata seperti : Malaikat, Iblis, Surga, Neraka dan semacamnya adalah kata yang dapat dimengerti dan ada dalam realitas

Filed under LOGIKA · Tagged withBermakna cakupan kata deduktif kata bermakna kata tak bermakna konotasi konotatif tak bermakna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar